Kamis, 28 Oktober 2010

Ada 15 Juta Ponsel Rongsokan di Indonesia


Industri telekomunikasi yang terus bertumbuh dan dinikmati oleh banyak orang di Indonesia, ternyata memiliki dampak lingkungan yang besar. Mulai dari penggunaan bahan bakar solar untuk mengaktifkan Base Transceiver Station (BTS), perilaku masyarakat yang suka berganti handset yang berakibat pada banyaknya telepon genggam rongsokan, tumpukan sampah baterai dan charger, serta penggunaan kertas dan plastik untuk kartu perdana dan isi ulang, memberikan dampak negatif terhadap lingkungan.

"Jumlah limbah teknologi industri telekomunikasi sudah mengkhawatirkan. Saat ini kami perkirakan sudah ada lebih dari 15 juta telepon genggam yang menjadi rongsokan karena sudah tidak terpakai. Ini berdasarkan perkiraan bahwa sudah ada 120 juta pelanggan selular pada tahun 2009. Angka ini bisa terus meningkat mengingat perilaku masyarakat Indonesia yang suka berganti handset," ujar Direktur Corporate Services PT Bakrie Telecom Tbk, sekaligus Penanggung Jawab Program Hijau Untuk Negeri, Rakhmat Junaidi dalam rilisnya ke Tribunnews.com, Kamis (28/10/2010).

Presiden Direktur Bakrie Telecom Anindya Bakrie juga menyatakan bahwa penggunaan bahan bakar solar untuk menjalankan BTS atau menara telepon selular juga memberi dampak pada lingkungan. "Kenyataannya sudah ada di depan kita dan tidak bisa kita abaikan. Sepanjang tahun 2009 Bakrie Telecom saja telah menghabiskan hampir sebanyak 700 ribu liter. Kita bisa bayangkan akan ada jutaan liter solar untuk 11 operator telekomunikasi Indonesia," kata dia.

Pandangan serupa dikemukakan pula Global e-Sustainability Initiative (GeSI) Chairman Luis Neves.

"Secara global, emisi industri teknologi dan informasi dapat meningkat dua kali lipat dari 0,5 menjadi 1,4 Gt Co2e dalam skenario 'business as usual' pada tahun 2010", ujarnya.

GeSI adalah institusi nternasional yang fokus dalam penelitian dan pendidikan lingkungan yang berkelanjutan dalam bidang telekomunikasi. GeSI juga mendorong agar industri telekomunikasi menjadi alat bagi industri-industri lainnya untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.

Anindya Bakrie juga menyebutkan bahwa sebagai salah satu pemain utama dalam industri telekomunikasi Indonesia, besarnya dampak lingkungan tersebut telah mendorong Bakrie Telecom untuk mulai aktif menerapkan inisiatif bisnis yang berkaitan dengan kesadaran lingkungan hidup bernama "Hijau Untuk Negeri". Ini akan menjadi komitmen Bakrie Telecom untuk melakukan sebuah aksi penyelamatan lingkungan yang terintegrasi dalam bisnis perusahaan.

Inisiatif bisnis ini akan segera diresmikan pada minggu depan di awal November 2010, dan sebagai bentuk dukungannya, Luis Neves akan turut hadir dalam acara tersebut. Selain itu, di rencanakan akan hadir pula Menteri Telekomunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring, serta Menteri Lingkungan Hidup Gusti Muhammad Hatta.

Karena itu Rakhmat berharap inisiatif bisnis "Hijau Untuk Negeri" akan mendapatkan dukungan luas dari berbagai pihak, terutama pengguna telekomunikasi Indonesia. "Kami akan menerapkan Hijau Untuk Negeri secara internal terlebih dahulu sebelum kami tularkan kepada pihak lain. Ini adalah wujud keseriusan kami menjalankan inisiatif bisnis ini. Jadi kami memimpin dengan perbuatan atau lead by example", tegasnya.

Untuk itu BTEL telah membentuk satu tim bernama Green Team dari berbagai bagian di dalam perusahaan, yang bertugas untuk merancang dan melaksanakan rangkaian aktivitas "Hijau Untuk Negeri".(*) Sumber : Tribunnews

Tidak ada komentar:

Posting Komentar