Sabtu, 30 Oktober 2010

Kecanduan Internet Sebabkan Insomnia


Pasiar2.blogspot.com, Dari 1.500 anak yang disurvei perusahaan Assocham India di 10 kota besar India, 52 persen anak berusia delapan hingga 11 tahun, berada dalam kategori penggunaan internet secara berlebihan.

Dari jumlah itu, lebih dari separuh responden anak?anak mengaku menghabiskan lebih dari lima jam dalam sehari untuk berselancar di dunia maya.

Umumnya, aktivitas online yang dilakukan anak?anak tersebut masih positif, seperti untuk mengerjakan tugas dari sekolah, email, real?time chatting, serta untuk membuka situs jejaring sosial.

Selain itu ditemukan pula bahwa jumlah anak laki?laki yang kecanduan internet lebih banyak dari jumlah anak perempuan yang suka berinternet.

"Tren ini muncul terutama di kawasan perkotaan di mana biasanya kedua orangtua mereka bekerja," kata sekretaris Assocham, DS Rawat.

Namun efek samping dari kebiasaan ber?internet berlebihan bagi anak?anak kelompok usia 8?18 tahun, bisa berakibat susah tidur (insomnia), kurang peka terhadap lingkungan, dan bahkan terancam obesitas (kelebihan berat badan).

Berdasarkan simpulan dari survei itu juga, kurangnya pengawasan di rumah dan perasaan rendah diri ternyata menjadi salah satu pemicu anak?anak menjadi pecandu internet.

Agresif

Remaja yang sebagian besar menghabiskan waktunya berselancar di Internet, lebih berpeluang memiliki sikap agresif. Pada survey yang dilakukan terhadap lebih dari 9400 remaja di Taiwan, para peneliti menemukan bahwa mereka yang miliki tanda?tanda sebagai pecandu internet mengaku setidaknya pernah memukul, mendorong, atau mengancam seseorang dalam setahun terakhir.

Hubungan antara kecanduan internet dan agresivitas tetap ada ketika peneliti memasukkan faktor lain, seperti tingkat percaya diri dan depresi, serta efek seringnya melihat kekerasan di televisi. Meski begitu, temuan yang dipublikasikan di Journal of Adolescent Health, tidak menunjukkan bukti bahwa kecanduan internet mengarah ke perilaku kekerasan pada anak?anak.

Menurut Dr Chih?Hung Ko, dari Kaohsiung Medical Universitu di Taiwan, ada kemungkinan kecenderungan kekerasan pada remaja diakibatkan karena penggunaan internet yang berlebihan. Tetapi, penemuan juga membuktikan bahwa media lain seperti televisi, film, ataupun video game, juga memiliki pengaruh besar pada perilaku anak.

Online chatting, gambling, dan gaming serta menghabiskan waktu di forum online atau laman pornografi, seluruhnya berhubungan dengan perilaku agresif. Sebaliknya, remaja yang menghabiskan waktunya berselancar di internet untuk melakukan riset dan belajar tidak memiliki kecenderungan untuk bersikap kasar.

"Beberapa kegiatan online bisa mendorong anak?anak untuk melampiaskan kemarahannya atau menjadi agresif dengan cara yang tidak akan mereka lakukan di dunia nyata. Tetapi, apakah sikap ini yang mendorong mereka menjadi lebih agresif di dunia nyata belum jelas," kata Ko.

Ko juga menyatakan bahwa orang tua harus memperhatikan perilaku berinternet anak remaja mereka dan potensi efek yang ditimbulkan pada perilaku sehari?hari sang anak. Orang tua sebaiknya berbicara dengan anak seputar perilaku penggunaan internet dan sikap mereka yang berhubungan dengan kekerasan. (lpr/dlt/net)

Pengaruh Depresi dan Fantasi

INTERNET merupakan bentuk kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang cukup pesat, mampu mengakses informasi dengan cepat. Hanya saja, internet bisa berbahaya bagi kesehatan apabila yang menggunakan adalah anak?anak.

Berbagai pengguna internet saat ini. Ada orang dewasa yang berpendidikan menengah sampai tinggi. Tetapi tidak sedikit pula anak?anak tingkat sekolah dasar yang mulai menggunakan internet.

"Penggunaan internet bukan hanya mendapatkan informasi yang ingin diketahui, tetapi bermain berbagai permainan (game) yang mengasyikkan, juga dapat berpengaruh pada psikologi yang bisa menimbulkan rasa kesenangan, dan bahkan memungkinkan seseorang berbuat kejahatan," ungkap Guru Besar Emeritus Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Prof DR Fawzia Aswin Hadis, Sp Psi A seperti ditulis medicastore.com.

Diungkapkan Fawzia dalam simposium Mengantisipasi Problema yang berhubungan dengan Adiksi Internet mengungkapkan, tren pasien kecendrungan internet pada anak terus meningkat dalam dua tahun terakhir.

Bahkan menurut psikiater anak RSCM, Ika Widyawati SpKJ (K), dan Psikiater Anak Rumah Sakit Jiwa Bandung, Lelly Resna SpKJ (K), kecendrungan internet addiction meningkat pada kelompok anak?anak yang mempunyai problema emosional, seperti depresi dan menggunakan dunia fantasi dari internet untuk menghindari perasaan tidak senang atau stres.

"Itu terjadi karena yang bersangkutan memperoleh kesenangan, kenyamanan dan keasyikkan dari internet yang diaksesnya sehingga menghilangkan stimulus tak menyenangkan yang dihadapinya, ia akan terus mengulanginya hingga kecanduan, seperti halnya merokok," tambah mereka.

Adiksi atau kecanduan pada internet dapat mempengaruhi perkembangan anak terutama dalam segi mental. Kecendrungan berinternet pada anak biasanya didasari dengan problema kehidupan di kota?kota besar Indonesia, yang dimana menuntut ayah dan ibu bekerja, angka perceraian yang meningkat, sehingga krisis dari pola pengasuhan anak cenderung melemah sampai kurangnya perhatian. (lpr/dlt/net)

Tips Mencegah Anak Kecanduan Internet

Berjam?jam menekuni akun Facebook, Twitter, YouTube, hingga instant messaging, plus video games online, pada akhirnya bisa memberikan efek buruk pada si kecil, bahkan bisa menimbulkan kecanduan.

"Teknologi itu sendiri sangat mencandu karena hal tersebut memberikan umpan balik secara langsung," terang Hilarie Cash, PhD, pendiri reSTART, pusat pengendalian kecanduan internet di Amerika Serikat.

"Anak?anak zaman sekarang sangat rentan terekspos internet. Bahkan ketika sudah sangat ketergantungan, bisa menimbulkan ketidaknyamanan ketika ia harus melewatkan satu hari saja tanpa internet," tambahnya.

Menghadapi teknologi internet pada anak seperti buah simalakama. Di satu sisi, ia bisa belajar banyak dari sana, namun bisa pula menimbulkan kecanduan plus memberinya pengetahuan yang belum saatnya ia ketahui. Belum lagi ancaman kejahatan dari orang asing yang ia ajak berkomunikasi lewat internet, juga menjadi terbatasnya kehidupan bersosialisasi dengan lingkungan sekitar si anak.

Tips Cegah Kecanduan

1. Batasi Waktu Online

Beberapa ahli menyarankan agar anak?anak hanya memiliki waktu online antara 1?2 jam per hari. Untuk hal ini, pelaksanaannya tergantung Anda. Entah itu dengan memasang timer di komputer agar lama pemakaian benar?benar terkontrol, atau melakukan kesepakatan dengan si kecil mengenai lama pemakaian. Apa pun itu, jangan sampai kesepakatan yang terjadi antara Anda dan dia terlanggar. Sebisa mungkin akses internet komputer berada dalam pengawasan Anda. Berikan pula pengertian mengenai bahayanya berhubungan dengan orang asing lewat internet, karena ia bisa ditipu dan diperdayai. Jika memang sulit untuk diberikan waktu tenggat ia bermain dengan internet, setidaknya coba install software yang membatasi gambar?gambar vulgar atau tidak bisa membuka alamat?alamat situs porno.

2. Berikan Contoh

Anak?anak belajar dari contoh. Mereka akan belajar bagaimana kebiasaan Anda menggunakan internet. Jika Anda tak ingin ia menggunakan internet berjam?jam, berikan contoh padanya. Contohkan, bahwa Anda juga menggunakan internet dalam rentang waktu yang sama dengannya, khususnya ketika ia sedang di rumah. Upayakan pula agar Anda tidak meng?update Facebook Anda secara konstan, apalagi ketika seharusnya Anda berfokus pada waktu keluarga.

3. Perhatikan Anak dalam bermain Games

Ada beragam jenis permainan di internet. Ada yang permainan hanya satu arah, ada juga yang melibatkan orang jamak. Apalagi ketika permainannya bersifat online dan permainannya melibatkan orang?orang dari mancanegara. Akan selalu ada orang yang online dan bermain di belahan bumi lain di setiap waktu. Nah, ini yang bisa mengundang kecanduan. Ia bisa bermain dari pagi hingga pagi keesokan harinya jika ia termasuk orang yang menggilai games.

Anda, para orangtualah yang lebih mengetahui anak Anda. Andalah yang lebih tahu mengenai dampak pemakaian internet pada anak Anda. Apakah penggunaan internet yang dilakukan si anak membuatnya lebih pandai dan ia pun cukup bijak dalam mengatur waktunya atau justru merugikannya. Bicarakan dengan pasangan dan seluruh keluarga mengenai penggunaan internet untuk menyatukan visi demi kepentingan pertumbuhan si kecil. Semoga berhasil. (dlt/lpr)

Sumber : Tribun Pontianak Cetak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar